Monday, December 5, 2016

Awas! Tanpa di Sadari Smartphone Memiliki Alat Sadap Sendiri



Saat ini, bisa dibilang bahwa hampir semua manusia sudah beralih dari telepon selular biasa ke “telepon pintar” atau smartphone yang selalu dibawa-bawa kemana pun kita pergi. Smartphone selalu ada di genggaman sang pemiliknya, bahkan hanya sesekali saja ia dimasukkan ke dalam kantong.

Lebih canggihnya lagi, melalui smartphone yang selalu anda bawa, orang lain dapat mengetahui dimana saat ini diri anda sedang berada, bahkan dalam waktu real time. Tak sedikit kasus yang terjadi, bahwa semakin canggihnya teknologi maka selalu ada “sisi lemahnya”.

Nyaris semua smartphone pada masa kini memiliki sensor gerak atau yang biasa disebut gyroscope. Sensor inilah yang memudahkan kita untuk mengubah tampilan layar dari posisi vertikal ke horizontal, atau sebaliknya.


Namun, tahukah Anda bila sensor gyroscope ini bisa diubah menjadi alat mata-mata?

Gyroscope atau giroskop adalah perangkat untuk mengukur atau mempertahankan orientasi, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut.

Secara mekanis, giroskop berbentuk seperti sebuah roda berputar atau cakram di mana poros bebas untuk mengambil setiap orientasi.

Meskipun orientasi ini tidak tetap, perubahannya dalam menanggapi torsi eksternal jauh lebih sedikit dan berlangsung dalam arah yang berbeda jika dibandingkan dengan tanpa momentum sudut, yang berkaitan dengan tingginya tingkat putaran dan inersia momen.

Orientasi perangkat tetap sama, terlepas dari gerak platform pemasangan, karena pemasangan perangkat pada sebuah gimbal akan meminimalkan torsi eksternal.

Cara kerja giroskop yang berlandaskan pada prinsip-prinsip operasi lain juga ada, misalnya giroskop MEMS perangkat elektronik yang ditemukan pada perangkat elektronik konsumen, cincin laser, giroskop optik serat, dan giroskop kuantum yang sangat sensitif.

Gyroscope sebagai alat perekam pembicaraan

Peneliti dari Universitas Stanford dan sebuah tim peneliti AS dan Israel telah menemukan potensi penggunaan gyroscope sebagai alat perekam pembicaraan.

Sensor tersebut mampu diubah menjadi sebuah mikrofon tersembunyi yang sulit terdeteksi dan dapat dengan mudah digunakan meski tanpa menginstal aplikasi mata-mata sebelumnya. Sensor jenis ini cukup sensitif dan bisa dipakai untuk menangkap getaran dari suara percakapan meskipun hanya dalam bentuk potongan kata.

Gilanya, tingkat keberhasilan penyadapan suara oleh gyroscope pun diklaim telah mencapai lebih dari 65 persen jika dibanding dengan mikrofon mata-mata asli!


ahkan yang jauh lebih mencengangkan adalah, sensor yang awalnya hanya berguna untuk memudahkan kita mengubah tampilan layar dari posisi vertikal ke horizontal, atau sebaliknya ini, mampu mengidentifikasi jenis kelamin si pembicara dengan prosesntase kesuksesan 84 persen! Wow!

Hasil penelitian lanjutan dari “penemuan kemampuan yang lebih” oleh sensor gyroscope tersebut telah dipresentasikan pada acara konferensi teknologi keamanan, Usenix.

Pihak Universitas Stanford mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan waktu satu tahun lagi untuk menyempurnakan piranti lunak pengenal suara yang digunakan untuk menganalisis hasil sadapan dari sensor gyroscope itu.

Gadget OS Android Lebih Mudah Diretas

Sementara itu, peneliti juga mewanti-wanti Google untuk menanggapi serius penemuan ini. Sebab, sensor gyroscope yang terdapat di gadget Android diketahui lebih mudah diubah menjadi alat sadap ketimbang gadget Apple.

Tak pelak, cara ini diprediksi akan bisa memicu penyalahgunaan di kemudian hari oleh milyaran pemakainya diseluruh pelosok bumi. Mengapa OS Android lebih rentan dibanding operation system (OS) lainnnya?

Hal tersebut tak lepas dari ‘kelonggaran’ OS Android yang memungkinkan sensor gyroscope untuk menangkap getaran pada frekuensi sebesar 200 Hertz (200 kali getaran per detik).

Akibatnya, suara manusia pun lebih mudah tersadap oleh sensor ini karena suara manusia dapat diterima getarannya oleh sensor itu. Suara manusia memiliki frekuensi mulai dari 80 sampai 250 Hz.

[​IMG]​

Sedangkan sistem operasi lainnya selain Android, iOS misalnya, hanya memperbolehkan gyroscope di gadget Apple untuk mendeteksi getaran pada frekuensi 100 Hertz. Alhasil, gadget yang berjalan di operation system atau OS iOS, akan jauh lebih sulit untuk diubah menjadi alat penyadap.

Semua ini mengingatkan kita kembali, bahwa operation system berbasis Android ini adalah OS yang tak memiliki hak paten, artinya OS ini bebas digunakan dan bebas pula untuk dikembangkan oleh siapa saja.

Dalam hal komputer, OS Android ini mirip Linux, sedangkan iOS, Java, Windows Mobile, Symbian dan lain-lain, mirip Windows yang memiliki hak paten yang hanya dapat digunakan oleh pemegang hak paten tersebut, dan tak bisa digunakan oleh umum.

Hal ini akan memunculkan pertanyaan dan konspirasi baru. Apakah kekurangan atau kelemahan ini tak dapat diperbaiki pada gadget untuk generasi OS Android di masa mendatang? Dan, apakah semua ini bisa jadi sudah direncanakan sebelumnya hanya untuk kepentingan bisnis semata?

Mengingat persaingan bisnis komunikasi pada saat ini sangat ketat dalam hal persaingan, maka strategi “perang perusahaan” mulai dimainkan.

Sumber berita : http://forum.viva.co.id/indeks/threads/awas-tanpa-di-sadari-smartphone-memiliki-alat-sadap-sendiri.1730134/

Wah Kenapa Ponsel Xiaomi Dilarang Dijual di India??

Pelarangan itu dipicu oleh sengketa hak paten, setelah Ericsson India menggugat perusahaan Cina tersebut atas dugaan pelanggaran hak paten.

Dalam putusan yang dibacakan Senin (8/12/2014), pengadilan New Delhi menyatakan bahwa Xiaomi tidak boleh menjual, beriklan, memproduksi, atau mengimpor perangkat-perangkatnya yang terkait dalam sengketa paten dengan Ericsson, ke India.

Sebelumnya Ericsson juga menggugat produsen ponsel lokal India, Micromax, karena masalah paten. Akibatnya pengadilan New Delhi memerintahkan Micromax membayar royalti sebesar 1 persen dari harga setiap produknya yang terjual ke Ericsson.

Sementara dalam pernyataan resminya kepada TechCrunch, Erricson mengatakan bahwa keputusan untuk menggugat Xiaomi adalah langkah terakhir yang diambil setelah perusahaan Cina itu mengabaikan upaya untuk berkomunikasi selama tiga tahun.

Adapun Xiaomi, yang mengaku belum menerima pemberitahuan dari pengadilan, mengatakan bersedia untuk membicarakan masalah itu dengan Ericsson.

"India adalah pasar yang sangat penting bagi Xiaomi dan kami akan bekerja sama dengan hukum di India. Lebih lanjut, kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan Ericsson untuk menyelesaikan masalah ini," bunyi pernyataan Xiaomi.

Xiaomi mulai berjualan di India pada Juli lalu dan kini sudah menjual produknya di tujuh negara Asia, termasuk di Indonesia. Sudah sekitar 60 juta smartphone Xiaomi yang terjual tahun ini.

Sumber http://keepo.me/suaradotcom-channel/wah-kenapa-ponsel-xiaomi-dilarang-dijual-di-india